BThemes

PERPUSTAKAAN MUSIK

PUISI

PERSAHABATAN.."
Persahabatan berawal dari hal yang tak terduga...
Dan mungkin persahabatan yang terjalin ini berawal dari hal yang tak terduga pula...


Walaupun kutahu..."
Kita tak akan pernah tahu, kapan kita bisa bertemu dan bertatap muka secara langsung..."


Tapi ku yakin..."
Persahabatan yang kita jalin tak akan berhenti sampai disini saja..."


Karena ku selalu berharap..."
Semoga kita akan tetap menjadi sahabat sejati untuk selamanya.."








Salam persahabatan...!" Thanks..! :-)


Cinta memang tidak harus memiliki….
Bukan melepaskannya yg membuat hatiku luka…
Telah aku ubah rasa sayang yg ada menjadi beda..
Bagiku setelah sekian lama waktu berlalu…
Kamu telah menjadi separoh dr nafas kehidupanku…
Kadang aku merasa benci bila menyadarinya….
Setiap sehari tak kudengar beritamu…
Serasa hilang separuh energi hidupku
Kakimu seolah ringan berlari menjauhiku…
Dan hatiku serasa seperti terjerat bom yg terpicu dr jarak
Ahh….aku tidak mau meminta belas kasihmu…
Karena itu hanya membuat aku semakin terluka…
Aku hanya ingin kamu tau…
kamu tidak perlu membalas rasa itu
Hanya untuk kamu tau..
Suatu saat nanti kamu akan mengerti..
Cinta yg aku berikan untukmu
Mungkin saat aku sudah tidak bisa menyertaimu lagi…
Tidak akan pernah dalam hidup mu…
Kamu akan menemukan Cinta yg seperti aku berikan….
Yang selalu setia membimbingmu dalam kebaikan…
Yang selalu menyertakanmu dalam doa2 sujud malamku…
Yang tidak perlu memiliki kamu….
Yang hanya ingin membahagiakan kamu…
Melindungi kamu….
Menjadikan kamu saudara dalam keabadian Illahi…
Kebahagiaan terbesarku adalah melihatnu bahagia..
Kesedihan terdalamku adalah melihat kamu terluka…



Persembahan ‘Tuk Sahabat


Kala badai menghantam
menghitamkan langit duniaku
udara yang kuhirup terasa sesak
dan kaki tak sanggup lagi menapak
Namun hari ini…
Kau datang ucap do’a tulus
dan senyum pemberi semangat
meniupkan balon-balon asa pengusir kabut
menghalau mendung yang menutupi mentari
warna-warninya hiasi langit yang perlahan membiru
dan pagiku pun kembali berseri
Terimakasih Sahabat…..
Kulihat lagi pelangi di ujung cakrawala
bersamamu ku yakin kan ku gapai nya............




Puisi Untuk Guru

Orang kata guru itu penat
Gaji tak seberapa kerja berlambak
Aku kata guru itu rehat
Mengajar tak seberapa tapi penuh berkat
Kerja sekerat-sekerat pahala penuh sendat
ilmu yang dicurah tak dapat disekat
Makin dicurah makin mendekat
Orang kata guru itu sungguh bosan
Setiap tahun muka sama setiap bulan
Aku kata guru itu singguh riang
Sekali berkata murid ketawa girang
Bila berjaya murid terus menjulang 
jasa bakti tak pernah hilang
Setiap orang boleh saja menilai guru, termasuk melalui puisi guru yang diciptakannya. Namun yang jelas, peran guru tidak bisa kita abaikan begitu saja dalam kehidupan kita. Karenanya kita bisa mendapatkan ilmu, dan tumbuh lebih de. Toh, kita semua adalah guru. Setidaknya guru untuk anak-anak kita, atau menjadi guru untuk diri sendiri.



 SEKUNTUM BUNGA UNTUK GURU-GURU TERCINTA

Allah ciptakan matahari,
yang tak pernah bosan bersinar,
seperti halnya semangat dan kasih sayangmu dalam mendidik kami,
wahai guruku......
Allah ciptakan bulan untuk menerangi malam,
seperti halnya engkau bu guru,
yang selalu membimbing dan menerangi kami dengan berbagai ilmu
Allah ciptakan bintang dimalam hari sebagai penghias,
seperti halnya engkau bu guru,
yang selalu menghiasi hari-hari kami dengan begitu indahnya.
Allah ciptakan bunga yang begituharum,
seperti halnya engkau bu guru yang telah memberikan keharuman pada hari-hari kami,
selama kami bermain dan belajar disekolah.








Then Almitra spoke again and said, “And what of Marriage, Master?”
And he answered saying:
You were born together, and together you shall be forevermore.
You shall be together when the white wings of death scatter your days.
Aye, you shall be together even in the silent memory of God.
But let there be spaces in your togetherness,
And let the winds of the heavens dance between you.

Love one another, but make not a bond of love:
Let it rather be a moving sea between the shores of your souls.
Fill each other's cup but drink not from one cup.
Give one another of your bread but eat not from the same loaf.
Sing and dance together and be joyous, but let each one of you be alone,
Even as the strings of a lute are alone though they quiver with the same music.

Give your hearts, but not into each other's keeping.
For only the hand of Life can contain your hearts.
And stand together, yet not too near together:
For the pillars of the temple stand apart,
And the oak tree and the cypress grow not in each other's shadow.

— Kahlil Gibran (1923)



KARYA CHAIRIL ANWAR


PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

(194
Siasat,
Th III, No. 96
1949)

MALAM

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
–Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957



SENJA DI PELABUHAN KECIL


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946



CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946
DOA

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943



SAJAK PUTIH


Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…




PENERIMAAN


Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943




HAMPA


kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.



PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(194
Liberty,
Jilid 7, No 297,
1954)



DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954



KRAWANG-BEKASI


Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi


(194
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957)



AKU (SEMANGAT)


Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi






Chairil Anwar

Chairil Anwar.jpg
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Chairil Anwar (lahir di MedanSumatera Utara26 Juli 1922 – 
meninggal di Jakarta28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal 
sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku [2]
adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani danRivai Apin,
 ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 
dan puisi modern indonesia.
Dilahirkan di Medan, Chairil Anwar 
merupakan anak tunggal. Ayahnya 
bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri
Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. [1] Dia masih punya pertalian keluarga 
dengan Sutan SjahrirPerdana Menteri pertama Indonesia. [2]
Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang 
pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di
 Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, 
tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi 
awalnya yang ditemukan.
Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, 
Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra
Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggrisbahasa Belanda 
dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang 
internasional ternama, seperti: Rainer M. RilkeW.H. AudenArchibald MacLeishH. Marsman
J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya 
dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan
pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang 
dia tulis merujuk pada kematian.[3]. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh 
cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk 
mengungkapkannya.[4] Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama 
masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.[5][6]
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi 
 (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah 
lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak 
usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar 
meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC[7] Dia 
dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya
 diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya
 juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

Karya tulis yang diterbitkan



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting